UrbanShift Akademi Kota Indonesia: Eksplorasi Tematik Pembangunan Perkotaan Berkelanjutan di Kota-kota Asia

Karena kota-kota di Asia menghadapi tantangan yang semakin besar dengan ekspansi yang cepat dan perubahan iklim, pelatihan mendalam ini memberikan wawasan yang berharga tentang solusi berbasis alam, ekonomi sirkular, dan perencanaan aksi iklim yang terintegrasi.

peserta akademi kota jakarta

Foto: Bahasa Global

UrbanShift Indonesia City Academy, yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 27 hingga 29 Agustus 2024, mempertemukan sekitar 100 pemimpin kota, perencana, dan pakar keberlanjutan dari Indonesia, India, Tiongkok, Filipina, dan Malaysia untuk membahas berbagai tantangan kritis yang dihadapi oleh daerah-daerah yang mengalami urbanisasi dengan cepat. Selama tiga hari, para peserta mengikuti sesi pelatihan dan lokakarya intensif yang berfokus pada tiga tema: Solusi Berbasis Alam (NbS), Ekonomi Sirkular, dan Perencanaan Aksi Iklim Terpadu (ICAP). 

Solusi berbasis alam: Memanfaatkan kekuatan alam untuk ketahanan kota

Salah satu tema fokus Akademi Kota adalah Solusi Berbasis Alam (NbS), sebuah konsep yang semakin dikenal karena potensinya dalam mengatasi tantangan lingkungan sekaligus memberikan manfaat sosial dan ekonomi. Dalam konteks Indonesia-negara yang sangat rentan terhadap risiko iklim seperti kejadian cuaca ekstrem, kenaikan permukaan air laut, dan banjir-NbS menawarkan jalan yang sangat penting untuk membangun ketahanan kota.

Pelatihan ini berfokus pada pembekalan para pemimpin kota dengan pengetahuan dan perangkat yang diperlukan untuk membuat argumen ekonomi untuk solusi-solusi tersebut, sebuah langkah penting dalam mengamankan pembiayaan yang dibutuhkan untuk implementasi berskala besar. Sebagai contoh, John-Rob Pool dari World Resources Institute (WRI) memperkenalkan para peserta pada UrbanShift & Cities4Forests Dasbor Indikator Kota. Alat ini memberikan bukti berbasis data untuk menunjukkan bagaimana intervensi spesifik dapat menghasilkan manfaat nyata bagi penduduk perkotaan, sehingga memperkuat argumen untuk investasi dalam NbS.

peserta dalam kursus solusi berbasis alam
Foto: Bahasa Global

Contoh-contoh dunia nyata memainkan peran penting dalam diskusi ini. Nisha Priya Mani dari Chennai's Municipal Corporation membagikan upaya kota untuk memulihkan badan air yang terdegradasi dengan dukungan dari organisasi internasional seperti Global Environment Facility dan Asian Development Bank (ADB). Proyek ini tidak hanya meningkatkan ketahanan kota tetapi juga berfungsi sebagai model bagi kota-kota lain di Asia yang ingin memanfaatkan dukungan internasional untuk inisiatif NbS.

Untuk mengatasi tantangan banjir di Jakarta, Dominika Wara Christiana dan Yudhistira Satya Pribadi dari WRI Indonesia mendemonstrasikan bagaimana melakukan analisis kesesuaian untuk menentukan potensi keberhasilan pendekatan NbS. Analisis mereka menyoroti hilangnya lahan pertanian dan lahan alami akibat pembangunan perkotaan selama dua dekade terakhir dan menunjukkan bagaimana NbS dapat memitigasi dampak tersebut. Para peserta juga terlibat dalam latihan langsung untuk mengembangkan inventarisasi biaya dan manfaat mereka sendiri untuk proyek-proyek NbS, yang selanjutnya memperkuat pemahaman mereka tentang penerapan praktis dari solusi ini.

Ekonomi Melingkar: Mengubah sampah menjadi sumber daya

Kursus Ekonomi Melingkar memandu para peserta melalui konsep mendefinisikan kembali pertumbuhan dengan memisahkan aktivitas ekonomi dari konsumsi sumber daya yang terbatas. Mengingat tantangan pengelolaan limbah yang signifikan di kota-kota Asia yang mengalami urbanisasi dengan cepat, ekonomi sirkular memiliki potensi yang luar biasa untuk menawarkan model yang berkelanjutan untuk efisiensi sumber daya dan pengurangan limbah.

Dipandu oleh ICLEI, pelatihan ini dibuka dengan presentasi dari kota-kota yang merintis pendekatan inovatif dalam pengelolaan sampah dan efisiensi sumber daya. Grace Cadwising dari Pemerintah Kota Baguio, Filipina, menunjukkan bagaimana kota ini menanggapi tekanan sumber daya yang disebabkan oleh peningkatan empat kali lipat populasi siang hari yang didorong oleh pariwisata. Pendekatan Baguio termasuk memusatkan fasilitas pemulihan material dan melarang penggunaan plastik sekali pakai, yang secara signifikan telah mengurangi jejak lingkungan di kota tersebut. Demikian pula, Chen Ouyan berbagi upaya terdepan Beijing dalam menerapkan praktik pengelolaan limbah yang inovatif dan efisiensi sumber daya, sebagai bagian dari tujuan ambisius Tiongkok untuk menciptakan 100 kota tanpa limbah pada tahun 2025. Sementara itu, Balikpapan di Indonesia mengintegrasikan pengelolaan limbah padat dengan pembangkit energi dari sampah organik, sebuah pendekatan inovatif yang tidak hanya menangani pengelolaan limbah tetapi juga berkontribusi terhadap kebutuhan energi kota.

peserta dalam kursus ekonomi sirkular
Foto: Bahasa Global

Peran perusahaan yang sudah mapan atau perusahaan rintisan muda dalam memajukan ekonomi sirkular juga menjadi topik utama lainnya. Rebricks Indonesiamisalnya, mengubah plastik bekas menjadi batu bata, sebuah inisiatif terobosan yang mengurangi limbah plastik dan berkontribusi pada penurunan emisi karbon. Linda Widiachristy dari Saint-Gobain dan Tito Aribowo dari Green Building Council Indonesia membahas praktik-praktik konstruksi berkelanjutan dan memperkenalkan Circular Building Playbook sebagai sumber daya penting untuk mencapai keberlanjutan di sektor konstruksi.

Pada akhirnya, ada empat faktor keberhasilan yang muncul: Kepemimpinan kelembagaan, pengurangan sumber daya, keterlibatan publik, dan koordinasi darat-laut. Keempat faktor tersebut terbukti penting untuk meningkatkan praktik ekonomi sirkular dan memastikan keberhasilan jangka panjangnya di lingkungan perkotaan.

Perencanaan Aksi Iklim Terpadu: Mengembangkan peta jalan yang komprehensif untuk ketahanan iklim

Tema utama ketiga dari Indonesia City Academy adalah Perencanaan Aksi Iklim Terpadu (ICAP), yang merupakan komponen penting dalam pembangunan kota yang berkelanjutan. Dengan kota-kota yang bertanggung jawab atas 70% emisi CO2 global, ada kebutuhan mendesak untuk rencana aksi iklim komprehensif yang kuat, berbasis ilmu pengetahuan, dan selaras dengan tujuan iklim nasional dan global.

Dipandu oleh C40 Cities, pelatihan ini dirancang untuk membekali peserta dengan alat dan strategi yang diperlukan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan rencana aksi iklim yang efektif. Pelatihan ini menekankan pada koordinasi dengan berbagai tingkat pemerintahan, memprioritaskan aksi iklim yang berdampak besar, dan melacak kemajuan untuk memastikan bahwa kota-kota memenuhi target iklim mereka.

Para peserta diperkenalkan dengan praktik-praktik terbaik dari kota-kota yang telah berhasil mengimplementasikan ICAP. Sebagai contoh, Jakarta, Beijing, dan Chennai berbagi pengalaman mereka dalam mengembangkan dan melaksanakan rencana aksi iklim yang menjawab tantangan keberlanjutan lokal sekaligus berkontribusi pada tujuan lingkungan yang lebih luas. Studi kasus ini menunjukkan perencanaan aksi iklim mulai dari pengembangan awal hingga implementasi dan pemantauan.

Mengintegrasikan aksi iklim ke dalam perencanaan kota lintas departemen juga merupakan hal yang sangat penting. Pendekatan ini memastikan bahwa pertimbangan iklim tertanam dalam semua aspek pembangunan kota, yang mengarah pada kota yang lebih tangguh dan berkelanjutan. 

peserta dalam kursus perencanaan aksi iklim terpadu
Foto: Bahasa Global

Selama upacara penutupan, Jawahar Packirisamy, Komisaris Departemen Administrasi Lokal untuk Pemerintah Puducherry merefleksikan manfaat dari program-program seperti UrbanShift, karena ia juga menghadiri UrbanShift Asia Forum di New Delhi pada bulan September lalu bersamaan dengan Akademi Kota ini, dan bertujuan untuk menerapkan pembelajaran ini di kotanya. "Ujian sederhana bagi sebuah kota adalah ketika orang-orang yang mengunjunginya pulang dengan wajah tersenyum dan kenangan indah dan ingin kembali lagi," katanya. "Pengalaman saya di Jakarta sangat menyenangkan dan saya akan kembali lagi. Menurut saya, era kota besar dalam pandangan saya sudah berakhir; ini adalah era kota sekunder dan tersier. Oleh karena itu, ada kebutuhan yang kuat untuk berkolaborasi di kota-kota ini."

Akademi Kota Indonesia dimungkinkan melalui pendanaan dari Global Environment Facility (GEF) dan diimplementasikan melalui UrbanShift yang didukung oleh Global Platform dari para mitra termasuk UN Environment Programme, World Resources Institute, C40 Cities, dan ICLEI. Terima kasih kepada Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Republik Indonesia atas dukungannya dalam penyelenggaraan acara ini dan kontribusinya sebagai agen pelaksana proyek anak GEF-7. UrbanShift Indonesia City Academy memberikan pemahaman yang mendalam kepada para peserta mengenai tema-tema utama yang penting bagi pembangunan kota yang berkelanjutan: Solusi Berbasis Alam, Ekonomi Sirkular, dan Perencanaan Aksi Iklim Terpadu. Tema-tema ini saling berkaitan, dan masing-masing memainkan peran penting dalam menciptakan kota yang tangguh, inklusif, dan ramah lingkungan.

Ketika para pemimpin kota dan praktisi kembali ke kota mereka masing-masing, mereka tidak hanya membawa pengetahuan dan alat yang diperoleh selama Akademi, tetapi juga komitmen baru untuk mendorong transformasi perkotaan yang berkelanjutan. Ketika kota-kota ini terus menerapkan strategi dan solusi yang telah didiskusikan selama tiga hari ini, mereka akan memainkan peran penting dalam memajukan tujuan keberlanjutan nasional dan global.