Sorotan Kota

Membangun Pendekatan Indonesia dalam Pengelolaan Sampah di Balikpapan

Karena pengelolaan sampah menjadi tantangan di seluruh Indonesia, kota ini menunjukkan bagaimana pendekatan ekonomi sirkular berbasis masyarakat dapat mengatasi krisis tersebut.

lokasi pengolahan manggar barat di balikpapan

Di Indonesia, pengelolaan sampah merupakan tantangan yang kompleks dan terus berkembang. Negara ini menghasilkan dan mengimpor sampah dalam jumlah yang sangat besar. Kota-kota besar di Indonesia menghasilkan sekitar 8 juta ton sampah per hari, dan secara kolektif, Indonesia bertanggung jawab atas emisi gas rumah kaca terbesar ketiga di dunia yang berasal dari sampah. 

Namun, Balikpapan, sebuah kota pelabuhan di pulau Kalimantan di provinsi Kalimantan Timur, membuktikan bahwa jalan keluar dari krisis ini bisa dilakukan. Sejak tahun 2002, kota ini telah berinvestasi besar-besaran dalam infrastruktur pengelolaan sampah sebagai bagian dari visinya untuk menjadi kota yang layak huni bagi semua orang pada tahun 2045 dengan menyeimbangkan pembangunan sosial, ekonomi, dan lingkungan. Pengelolaan sampah yang efektif, bersama dengan energi bersih, transportasi yang berkelanjutan, dan pelestarian keanekaragaman hayati kota merupakan inti dari strategi Balikpapan.  

Fasilitas pengelolaan sampah di Manggar
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Manggar. Foto: Dinas Lingkungan Hidup Balikpapan

Inti dari keberhasilan Balikpapan dalam sektor pengelolaan sampah adalah pendekatan yang komprehensif dan terintegrasi. Pada tahun 2002, Balikpapan menyelesaikan pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS) Manggar, yang memiliki luas 27,1 hektar dan terdiri dari TPA dan sistem pengolahan sampah. Di Manggar, sistem pengolahan metana yang disebut Wasteco (Waste to Energy for Community) juga mengubah sampah menjadi bahan bakar untuk rumah tangga dan bisnis lokal, mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 100.651,70 ton CO2eg/tahun. 

Tempat pembuangan sampah biasanya merupakan tempat yang harus dihindari, namun dalam mengembangkan Manggar, Balikpapan memiliki visi yang berbeda. Kota ini terus berupaya untuk memastikan bahwa tempat ini aman dan tidak beracun, dan telah menambahkan berbagai fasilitas untuk menarik pengunjung, termasuk zip line, taman bermain anak-anak, sauna, kafe, fasilitas piknik, dan galeri kecil yang memamerkan benda-benda seni yang terbuat dari bahan daur ulang. Tujuannya? Untuk menyediakan ruang publik yang fungsional di mana warga dapat berkumpul untuk belajar tentang pentingnya daur ulang, penggunaan kembali dan pengelolaan limbah. 

kafe manggar
Kafe di Manggar. Foto: Kantor Lingkungan Hidup Balikpapan

Namun, membangun tempat pengolahan sampah yang interaktif hanyalah salah satu komponen dari strategi yang sukses. Balikpapan telah berupaya menerapkan sistem berjenjang dalam pendekatan pengelolaan sampahnya. Di tingkat rumah tangga dan bisnis, warga dan pengelola mengumpulkan dan memilah sampah mereka di tempat sampah khusus. Di tingkat kabupaten, layanan pengumpulan sampah mengikuti jadwal yang ketat untuk mengumpulkan dan mengangkut sampah ke Manggar.   

Mengingat Balikpapan, kota berpenduduk lebih dari 730.000 jiwa, menghasilkan sekitar 590 ton sampah per hari, kota ini menetapkan target ambisius pada tahun 2023 untuk mengurangi timbulan sampah secara keseluruhan sebesar 27% dan memastikan 73% dari produksi sampah dikelola. Dalam praktiknya, kota ini, melalui upaya komprehensif dan kolektifnya, mengurangi volume sampah sebesar 23% dan mengelola 71% sampahnya pada tahun tersebut. Pada tahun 2045, kota ini menargetkan pengurangan sampah sebesar 40% dan berhasil mengelola sisa sampahnya.  

Manggar
Infrastruktur Wasteco di Manggar. Foto: Dinas Lingkungan Hidup Balikpapan

Ketika banyak kota di Indonesia tidak memiliki sistem pengelolaan sampah yang komprehensif, Balikpapan telah membuat dirinya berbeda. "Saya telah meninjau TPA Manggar di Balikpapan dua kali, dan saya dapat mengatakan bahwa TPA ini memiliki salah satu sistem pengelolaan sampah terbaik di negara ini - cocok untuk dijadikan percontohan," ujar Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq. UrbanShift telah mengangkat pendekatan Balikpapan sebagai kesempatan belajar bagi kota-kota lain selama Jakarta City Academy pada tahun 2024 untuk menginspirasi kota-kota lain agar mengikuti jejak Balikpapan. Terlebih lagi, seiring dengan persiapan Indonesia untuk memindahkan ibu kotanya ke Kalimantan Timur, Balikpapan memiliki peran penting dalam mendukung pengelolaan dan pengembangan sampah yang berkelanjutan di pusat kota baru di Indonesia.